Hai, kau yang aku sayang. Apa kabar? Selalu baik, bukan? Langsung saja, aku sudah tak mau banyak bicara, aku sudah tak mau mengikuti kemauan hatiku yang sangat bodoh tanpa menggunakan logikaku yang mungkin saja lebih pintar dari hatiku ini. Ya, aku tahu aku harus mendengarkan kata hatiku, sudah berkali-kali aku mendengarkan kata hatiku, tapi untuk kali ini aku ingin meminta maaf kepada hatiku. Maaf jika aku melawanmu, maaf kalau aku lebih memilih logikaku. Aku tak mau kebaikan hatiku hanya dimanfaatkan oleh orang yang tak tahu berterima kasih dan tak tahu apa arti dari sebuah kebaikan itu sendiri.
Inilah saatnya, saat di mana waktu telah menjawab segala kebodohanku. Kebodohanku yang terus saja mau menyayangimu bahkan sampai detik ini aku mengetik seluruh kalimat-kalimat yang mungkin saja tak terbaca olehmu. Bukan, bukan aku tak menyayangimu lagi, tapi aku sudah lelah, lelah untuk dibodohi olehmu, lelah karena kau tak tahu bagaimana caranya tak menyakitiku. Atau mungkin, aku yang tak mengerti dengan semua perbuatan yang telah kau lakukan. Waktu telah menjawab bahwa aku harus berhenti sampai di sini, berhenti untuk selalu membelamuberhenti untuk diam ketika kau dan dia menghujatku. Kau pikir, kau siapa? Kau hanyalah orang yang tak tahu bagaimana cara menghargai seseorang, kau hanya kerikil kecil yang hanya sedikit membuatku tersandung dan membuatku kehilangan akal sehatku. Bodohnya aku masih saja membelamu.
Aku akan berhenti mengganggumu, tentu saja. Tenang saja, aku tak akan seperti orang-orang yang selalu menjelek-jelekanmu di depanku dan berpura-pura baik di depanku. Aku tak akan seperti itu. Aku tak mau menjadi orang yang munafik. Aku menyayangimu, sudah ku bilang, bukan? Namun, aku tak mau terus-terusan diinjak-injak olehmu. Aku tak sebodoh itu.
Kini, waktu telah menjawab. Pada akhirnya, aku tersadar bahwa kau tak cukup baik untuk wanita sepertiku. Ya, kau tak sebanding denganku. Maaf aku menyombongkan diriku, tapi kau pantas dengan orang yang sepertimu, bukan aku. Selamat menikmati hidupmu yang menyenangkan itu dengan segala penyesalan di dalamnya, dengan segala kebohongan serta kemunafikan.
Karma does exist.
0 komentar:
Posting Komentar