Hai, Kau yang aku sayang. Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja, bukan? Aku harap begitu. Gimana sekarang, apa kau sudah bahagia? Ah, pertanyaan bodoh. Tentu saja kau sudah bahagia, apalagi setelah aku pergi, ya kan? Semoga kepergianku dapat mengurangi bebanmu walaupun hanya sedikit. Jujur, aku merasa bersalah ketika kau tak merasakan nyaman ketika bersamaku. Aku takut ketika aku datang kau tak akan menyambutku lagi. Aku memang memutuskan untuk pergi, tapi aku ingin semuanya baik-baik saja. Aku harap kau tak melupakanku karena sungguh aku tak sanggup untuk mengingatkanmu segala tentangku, tentang kita. Begitu banyak yang harus aku jelaskan ketika kau mulai melupakanku, aku tak sanggup.
Namun, jika kau memang sudah mulai untuk melupakanku, aku bisa apa? Kalau pun bisa, aku ingin terus mengingatkanmu tentang diriku, tentang kita sebisaku, tapi apa kau mengizinkan aku untuk kembali mengingatkanmu? Sejujurnya, aku tak ingin kau melupakanku karena aku pun tak melupakanmu. Aku masih seperti ini, masih menyayangimu seperti dulu. Maaf jika aku tak bisa mengubah perasaanku secepat kau mengubah perasaanmu. Kita memang berbeda, berbeda karena aku masih menyayangimu, sedangkan kau? Aku tak tahu, aku tak pernah tahu bagaimana perasaanmu sekarang. Mungkin, mungkin aku bukanlah yang terbaik untukmu. Mungkin, kau pantas mendapatkan yang lebih baik daripadaku.
Kau tenang saja, aku tetap tak beranjak dari tempatku. Aku masih di sini memerhatikanmu tersenyum bersama yang lain, sebuah kesenangan bagiku melihatmu tersenyum seperti itu walaupun aku tak melihatmu langsung, tapi aku dapat merasakannya. Senyummu selalu khas, aku tahu itu.
Apakah kau tahu ketika kau tersenyum bersama orang lain, aku pun ikut tersenyum di tempatku? Kau tahu kenapa? Karena seperti yang aku bilang, kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga. Jadi, ketika kau membuat simpul indah pada bibirmu, aku pun ikut menyimpulkan bibirku walaupun simpul di bibirku tak seindah milikmu. Kau adalah porosku, Bay. Kau yang mengendalikan seisi hatiku.
Bay, apa aku boleh jujur padamu? Jujur, aku cemburu melihatmu bersamanya, aku tak sanggup, tapi demi kau aku mencoba menyanggupkan diriku. Aku cemburu ketika Dia bisa membuatmu sebahagia itu, aku cemburu karena Dia dekat dengan orang-orang yang kau sayang. Kalau dibandingkan denganku, siapalah aku? Tapi tenang saja, aku sudah berkali-kali bilang bahwa aku tetap baik-baik saja. Dan maaf jika aku berbohong padamu. Kalau nanti aku bilang "Semoga kau bahagia dengannya", tolong lihatlah senyumku, itu tanda kesakitanku.
Maaf jika aku masih selalu sayang padamu, maaf jika aku masih selalu merindukanmu, dan maaf jika aku masih selalu mengharapkanmu. Bukan mauku, aku tak bisa mengendalikan semua itu. Sekali lagi aku minta maaf.
Tetaplah di situ, Bay. Biarkan aku menyayangimu dan segera memperbaiki diriku agar aku menjadi pantas. Aku kangen kamu, Bay.
Untuk A.
0 komentar:
Posting Komentar